: 20 Nov 2023
Sonorabali.com – Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (YDKK) berpartisipasi dalam pembangunan kembali gedung Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat atau PKBM Yayasan Sarbini yang mengalami kerusakan akibat gempa yang melanda di Cianjur, Jawa Barat pada November tahun 2022 lalu.
PKBM Sarbini di Desa Sukamanah, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, diresmikan pada Jumat (17/11/2023) pagi. Bangunan tersebut merupakan sumbangan dari pembaca harian Kompas dan Kompas.id melalui Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas atau DKK.
Serahterima bangunan PKBM Yayasan Sarbini secara simbolis ditandai dengan penandatanganan prasasti, serah terima kesepakatan dan pengguntingan pita sebagai tanda diresmikannya gedung PKBM Yayasan Sarbini Cugenang yang berlokasi di Desa Sukamanah Kec. Cugenang, Cianjur, Jawa Barat oleh PJ. Gubernur Jawa Barat Bey Triyadi Machmudin, Pemimpin Redaksi Harian Kompas Sutta Dharmasaputra, dan Bupati Cianjur Provisi Jawa Barat Herman Suherman. Juga disaksikan oleh Ketua Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas Gesit Ariyanto, Pembina Yayasan PKBM Sarbini Indra Surya Pradana, Ketua Yayasan PKBM Ema Hermawati, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Cianjur Ruhli Solehudin.
Dalam sambutannya, Bey mengatakan, pendidikan dan kesehatan merupakan pilar utama dalam menentukan kemajuan bangsa. “Negara yang maju saat ini adalah negara yang cepat responsif terhadap perkembangan dunia, dan itu tentunya harus ditopang oleh pendidikan,” katanya.
Bey mengapresiasi pembangunan PKBM tersebut. Atas semangat gotong royong itu ia mengucapkan terima kasih kepada para pembaca harian Kompas dan Kompas.id yang dengan ikhlas telah memberikan sumbangsih melalui Yayasan DKK.
Pembangunan gedung PKBM Yayasan Sarbini Cugenang ini dimulai pada tanggal 20 Juni 2023 dan berhasil rampung pada tanggal 17 November 2023, dengan waktu pelaksanaan selama 5 bulan atau 150 hari.
Pemimpin Redaksi Harian Kompas Sutta Dharmasaputra mengatakan, “Kami melakukan tanggap darurat sekitar 300 juta rupiah, kemudian kami merenovasi untuk puskesmas Kecamatan Pacet nilainya sekitar 800 juta rupiah, pembangunan PKBM Sarbini senilai 1.9 miliar rupiah. Setelah ini kami akan mengoptimalisasi air bersih di kampung Keramat di Cugenang senilai 1.2 miliar rupiah yang akan ditandatangani siang ini, semoga bisa berjalan bermanfaat bagi warga”.
Sutta juga memberikan harapannya untuk PKBM Sarbini, “Kebersamaan ini tidak berhenti sampai di sini, bisa berlanjut di masa yang akan datang, dan itu penting. Bapak, ibu dan siswa di sini bisa menjadi lebih bahagia kedepan dan semoga bencana tidak terjadi lagi”.
Di kesempatan ini Harian Kompas juga akan memberikan akses gratis berlangganan di Kompas.id selama satu tahun ke seluruh guru PKBM Sarbini untuk mengakses informasi lebih baik.
Bupati Cianjur Herman Suherman melaporkan dengan diresmikannya PKBM Sarbini, semakin banyak lembaga pendidikan yang berhasil direhabilitasi dan dibangun kembali pasca gempa Cianjur. Total yang sudah dibangun meliputi 50 gedung PAUD, 134 SD, dan 22 SMP
YDKK memilih membangun kembali PKBM Yayasan Sarbini karena mengalami kerusakan akibat gempa sehingga tidak aman untuk digunakan. Gedung ini terletak di atas tanah seluas 2000 m2 dengan luas bangunan mencapai 515 m2. Biaya pembangunan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan keterampilan ini senilai Rp. 1.998.000.000,- terdiri dari bangunan 6 lokal kelas, 1 lokal ruang keterampilan dan laboratorium komputer, 1 lokal ruang guru, ruang ketua yayasan, serta berbagai fasilitas yang dibantu oleh kontraktor PT. Alfhas Kontruksi Indonesia.
Gedung PKBM yang sudah direhabilitasi memiliki fasilitas ruang perpustakaan dan mushola yang dilengkapi dengan tempat wudhu, 4 unit toilet (2 unit untuk murid dan 2 unit untuk guru), serta lapangan olahraga atau upacara. Sementara itu, perpustakaan, laboratorium komputer, dan ruang keterampilan tetap mempertahankan perabotan yang telah ada sebelumnya.
Selain infrastruktur, proyek ini juga memastikan pasokan daya listrik melalui PLN sebesar 3.500 VA dan sumber air bersih melalui penggunaan pompa air tanah. Dengan selesainya proyek ini, YDKK berharap gedung ini dapat menjadi pusat pendidikan yang memajukan dan memberdayakan masyarakat melalui berbagai kegiatan pembelajaran dan keterampilan.
Selain peresmian gedung PKBM Yayasan Sarbini Cugenang, disusul juga dimulainya pelaksanaan program penyediaan akses air bersih atas kerja sama Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas dan Yayasan Habitat Kemanusiaan Indonesia untuk keluarga terdampak gempa Cianjur. Kerja sama ini dikarenakan adanya kerusakan di beberapa jaringan air bersih yang mengakibatkan warga di Kampung Keramat, Kecamatan Cugenang, Cianjur sulit mendapatkan air bersih.
Program penyedia air bersih ini ditandai dengan peletakan batu pertama pada Jumat, 17 November 2023 di Kampung Keramat, Desa Sukamulya, Kecamatan Cugenang, Cianjur. Peletalan batu pertama dilakukan oleh Ketua YDKK Gesit Ariyanto dan Direktur Nasional Yayasan Habitat Kemanusiaan Indonesia Susanto dan Sekertaris Desa Sukamulya Rojudin S.IP.
“YDKK dengan Habitat juga para pembaca Kompas memastikan warga di Desa Sukamulya lebih mudah karena kolaborasi yang terjalin untuk upaya mendapatkan air bersih,” ujar Ketua YDKK Gesit Ariyanto.
Berdasarkan hasil peninjauan yang telah dilakukan oleh tim assessment Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas dan juga pertemuan terakhir dengan Yayasan Habitat Kemanusiaan Indonesia, disepakati bahwa pada tahap ini, Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas akan membantu sebagai pengelola dana yang terkumpul dari hasil donasi pembaca Harian Kompas. Sedangkan pihak Habitat akan bertindak sebagai implementator program penyediaan air bersih di Kec. Cugenang, Kab. Cianjur di RW. 8, Kampung Keramat yang terdiri dari 223 Kartu Keluarga.
“Selain kebutuhan hunian yang layak, para penyintas gempa membutuhkan akses air bersih untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Kondisi yang tidak memadai dan rusak karena gempa mengakibatkan sumber air di Kampung Keramat, Desa Sukamulya terkontaminasi dan lokasi akses air yang jauh. Semoga rangkaian program penyedia air bersih ini berjalan dengan lancar dan sukses serta memberikan manfaat yang berkelanjutan demi terwujudnya kesehatan dan kehidupan masyarakat yang lebih baik,” ujar Direktur Nasional Yayasan Habitat Indonesia Susanto.
Program penyediaan air bersih ini senilai 1.200.000.000,-, dengan jangka waktu pengerjaan proyek sekitar 7 bulan dari tanggal 1 Desember 2023 hingga 30 Juni 2024 dari tahapan survei dan penilaian hingga pelaporan (naratif dan finalisasi). Program ini diharapkan dapat membantu warga yang kesulitan mendapatkan akses air bersih yang terdampak Gempa segera teratasi.
Sekilas mengenai Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK)
Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) adalah lembaga filantropi media yang didirikan oleh Jakob Oetama dan P.K Ojong (founders Kompas Gramedia). DKK bertransformasi menjadi Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas sejak 2011.
Cikal bakal DKK dimulai pada 1966 ketika Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin, mengajak media massa memberikan sekaligus mengumpulkan dana dari masyarakat untuk membantu masyarakat miskin. Pemicu lainnya adalah penggalangan dana melalui dompet pembaca Harian Kompas untuk membantu korban banjir di Solo tahun 1966.
Sejak 1982, DKK tidak hanya mengumpulkan dana tetapi juga terjun langsung menyalurkan dana kepada korban bencana letusan Gunung Galunggung, Tasikmalaya, Jawa Barat. Kegiatan mengumpulkan dan menyalurkan dana pembaca secara langsung kepada korban bencana selanjutnya menjadi pola kerja standar DKK saat terjun ke berbagai peristiwa bencana yang meliputi bencana alam, bencana akibat konflik, dan bencana kemanusiaan. Pengumpulan dan penyaluran dana terbesar dilakukan ketika terjadi bencana gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatera pada 2004-2005.
Selain terjun ke lokasi-lokasi bencana, DKK juga aktif menyalurkan dana bantuan pembaca untuk menanggulangi masalah kemiskinan, kesehatan, dan pendidikan. Program-program besarnya antara lain operasi katarak untuk 10.000 warga tidak mampu, pembangunan sarana fisik pendidikan, pembangunan fasilitas sanitasi dan sebagainya.
Awalnya, penggalangan dana DKK melalui Dompet Kemanusiaan Kompas yang berada di bawah naungan Harian Kompas. Para relawannya meliputi wartawan dan karyawan Harian Kompas dari berbagai divisi. Pada perkembangan selanjutnya, penggalangan dana juga dilakukan oleh unit usaha lain di bawah Kompas Gramedia seperti KompasTV, penerbit Gramedia Pustaka Utama, dan Universitas Multimedia Nusantara. Para relawannya kini tidak hanya sebatas karyawan Harian Kompas tetapi juga karyawan-karyawan dari berbagai unit usaha Kompas Gramedia yang tergabung dalam Forum Komunikasi Daerah (FKD).
Penulis : Redaksi Sonora Bali