SONORABALI.com – Instagram dilaporkan sedang menguji coba fitur repost/regram yang memungkinkan pengguna membagikan postingan asli dari akun lain ke linimasanya. Kabar ini pertama kali diumbar laman The Verge, Kamis (20/9/2018).
Dalam laporannya, mereka mengaku mendapatkan dua tangkapan layar (screenshot) kiriman yang di-repost menggunakan fitur yang dalam internal Instagram disebut sebagai “seamless sharing”.
Namun diwartakan Mashable yang dirangkum KompasTekno, Sabtu (22/9/2018), perwakilan Instagram membantah sedang menguji coba fitur repost, seperti yang dilaporkan sebelumnya.
Meski mengaku mendapatkan tangkapan layar fitur repost dari sebuah akun bisnis, The Verge tidak melampirkan foto yang dimaksud dalam pemberitaannya. Laporan sebelumnya menjabarkan jika di dalam fitur tersebut terdapat opsi “share to feed” di menu dengan ikon titik tiga vertikal, yang terletak di pojok kanan atas setiap postingan di feed Instagram.
Lantas, kiriman yang dibagikan ulang tadi akan muncul di feed pengguna. Berita tersebut mengklaim setidaknya kiriman bisa di-repost sebanyak dua kali, di mana username pengguna yang membagikannya akan muncul di atas postingan.
Fitur ini memang sudah lama dirumorkan akan hadir di Instagram sejak awal tahun ini. Namun, Instagram akhirnya hanya menggulirkan fitur berbagi postingan dari feed ke story saja pada bulan Juni lalu.
Hingga saat ini, pengguna Instagram masih memanfaatkan aplikasi pihak ketiga untuk membagikan postingan asli ke linimasa mereka. Co-Founder Instagram, Mike Krieger sempat berujar jika repost kiriman ke feed Instagram kemungkinan tidak akan sesuai bagi pengguna.
“Fitur itu bisa saja menbuat orang-orang merasa jika konten feed Instagram mereka tidak seperti yang mereka inginkan,” jelas Krieger. Krieger juga pernah mengatakan jika di dalam internal Instagram, kehadiran fitur repost menjadi perdebatan.
Keputusan akhir tetap fokus untuk menjaga feed susai akun-akun yang mereka inginkan saja, bukan melihat kiriman yang dibagikan dari orang yang mereka kenal. Ditambah, fitur repost yang lebih dulu muncul di Facebook dan Twitter, justru memberikan ruang berita-berita palsu dan hoaks mudah menyebar di platform.
Sumber : Kompas.com